Kamis, 02 Februari 2012

Atlantis, Apakah Atlantis adalah Indonesia? Bagian I

Yang lebih
menghebohkan lagi
adalah penelitian yang
dilakukan oleh Aryso
Santos, seorang
ilmuwan asal Brazil.
Santos menegaskan
bahwa Atlantis itu adalah
wilayah yang sekarang
ini disebut Indonesia.
Dalam penelitiannya
selama 30 tahun yang
ditulis dalam sebuah
buku “Atlantis, The Lost
Continent Finally Found,
The Definitifve
Localization of Plato’s
Lost Civilization” dia
menampilkan 33
perbandingan, seperti
luas wilayah, cuaca,
kekayaan alam, gunung
berapi, dan cara bertani,
yang akhirnya
menyimpulkan bahwa
Atlantis itu adalah
Indonesia. Sistem
terasisasi sawah yang
khas Indonesia,
menurutnya, ialah
bentuk yang diadopsi
oleh Candi Borobudur,
Piramida di Mesir, dan
bangunan kuno Aztec di
Meksiko.

Santos menetapkan
bahwa pada masa lalu
Atlantis itu merupakan
benua yang
membentang dari
bagian selatan India, Sri
Lanka, Sumatra, Jawa,
Kalimantan, terus ke
arah timur dengan
Indonesia (yang
sekarang) sebagai
pusatnya. Di wilayah itu
terdapat puluhan
gunung berapi yang aktif
dan dikelilingi oleh
samudera yang
menyatu bernama
Orientale, terdiri dari
Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik.
Sedangkan menurut
Plato Atlantis merupakan
benua yang hilang akibat
letusan gunung berapi
yang secara bersamaan
meletus. Pada masa itu
sebagian besar bagian
dunia masih diliput oleh
lapisan-lapisan es (era
Pleistocene). Dengan
meletusnya berpuluh-
puluh gunung berapi
secara bersamaan yang
sebagian besar terletak di
wilayah Indonesia (dulu)
itu, maka tenggelamlah
sebagian benua dan
diliput oleh air asal dari
es yang mencair. Di
antaranya letusan
gunung Meru di India
Selatan dan gunung
Semeru/Sumeru/
Mahameru di Jawa
Timur. Lalu letusan
gunung berapi di
Sumatera yang
membentuk Danau Toba
dengan pulau Somasir,
yang merupakan puncak
gunung yang meletus
pada saat itu. Letusan
yang paling dahsyat di
kemudian hari adalah
gunung Krakatau
(Krakatoa) yang
memecah bagian
Sumatera dan Jawa dan
lain-lainnya serta
membentuk selat
dataran Sunda.

Santos berbeda dengan
Plato mengenai lokasi
Atlantis. Ilmuwan Brazil
itu berargumentasi,
bahwa pada saat
terjadinya letusan
berbagai gunung berapi
itu, menyebabkan
lapisan es mencair dan
mengalir ke samudera
sehingga luasnya
bertambah. Air dan
lumpur berasal dari abu
gunung berapi tersebut
membebani samudera
dan dasarnya,
mengakibatkan tekanan
luar biasa kepada kulit
bumi di dasar
samudera, terutama
pada pantai benua.
Tekanan ini
mengakibatkan gempa.
Gempa ini diperkuat lagi
oleh gunung-gunung
yang meletus kemudian
secara beruntun dan
menimbulkan
gelombang tsunami
yang dahsyat. Santos
menamakannya Heinrich
Events.

Dalam usaha
mengemukakan
pendapat mendasarkan
kepada sejarah dunia,
tampak Plato telah
melakukan dua
kekhilafan, pertama
mengenai bentuk/posisi
bumi yang katanya
datar. Kedua, mengenai
letak benua Atlantis yang
katanya berada di
Samudera Atlantik yang
ditentang oleh Santos.
Penelitian militer Amerika
Serikat di wilayah
Atlantik terbukti tidak
berhasil menemukan
bekas-bekas benua yang
hilang itu. Oleh karena
itu tidaklah semena-
mena ada peribahasa
yang berkata, “Amicus
Plato, sed magis amica
veritas.” Artinya,”Saya
senang kepada Plato
tetapi saya lebih senang
kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa
keadaan masa kini yang
antara Plato dan Santos
sependapat. Yakni
pertama, bahwa lokasi
benua yang tenggelam
itu adalah Atlantis dan
oleh Santos dipastikan
sebagai wilayah Republik
Indonesia. Kedua,
jumlah atau panjangnya
mata rantai gunung
berapi di Indonesia. Di
antaranya ialah Kerinci,
Talang, Krakatoa,
Malabar, Galunggung,
Pangrango, Merapi,
Merbabu, Semeru,
Bromo, Agung, Rinjani.
Sebagian dari gunung itu
telah atau sedang aktif
kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar